Sabtu, 15 Desember 2012

Benarkah Peringatan Ahlul Bait


Hari Asyura menggoreskan satu kenangan pahit bagi kaum muslimin. Bagi orang yang memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabatnya, dan keluarganya. Di hari Asyura, Allah memuliakan Husein bin Ali bin Abi Thalib dengan syahadah (mati syahid). Beliau dibunuh di tanah Karbala oleh para penghianat dari Irak. Kita anggap ini adalah musibah. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un.
Namun sungguh sangat disayangkan, setelah kejadian musibah tersebut, ternyata datang musibah yang jauh lebih besar. Munculnya sikap ekstrim sebagian kaum muslimin dengan motivasi mengagungkan Husein. Mereka menjadikan hari itu sebagai hari berkabung, hari belasungkawa dengan acara besar-besaran. Padahal, sama sekali hal ini tidak pernah dicontohkan para sahabat ataupun ahlul bait Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat mencintai Husein tidak pernah melakukan apa yang telah mereka lakukan hari ini.
Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang ummatnya untuk meratap, apalagi dengan memukul-mukul dan menyakiti diri sebagaimana sabda beliau, “Tidak termasuk golongan kami orang yang menampar pipi dan merobek-robek pakaian dan menyeru dengan seruan jahiliah.” (Riwayat Bukhari)
Pada masa hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, telah banyak kejadian yang menyedihkan beliau, seperti kematian paman beliau Hamzah bin Abdul Muthalib yang dibunuh secara keji pada perang Uhud, namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengadakan peringatan atas kematian pamannya tersebut apalagi diperingati setiap tahun.
Jika kita betul-betul mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ahlul baitnya maka sudah tentu kita patuh pada syariat yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak perlu membuat syariat yang baru.
Apalagi ditambah dengan keyakinan yang batil bahwa pahala setiap langkah orang yang berziarah ke makam Husein bin Ali radhiyallahu ‘anhuma sama seperti pahala melaksanakan haji dan umrah. Jelas keyakinan tersebut adalah akidah batil yang bukan berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah akidah batil mereka diantara ratusan akidah batil mereka dengan mengatasnamakan ahlul bait. Akidah tersebut tidak bisa dikatakan sebagai bukti cinta ahlul bait bahkan itu adalah penghinaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kepada ahlul bait itu sendiri. Wallahu musta’an.
Buletin Dakwah Al-Balagh edisi 02 Muharram 1434

Sumber: http://wahdahmakassar.org/jalan-cinta-kepada-ahlul-bait/#ixzz2FBDuxoE2
Baca Selengkapnya »»  

Syiah Tidak Mampu Menjawab


Pertanyaan pertama :
Apakah Anda beriman kepada takdir?
Jika Anda mengatakan “iya”, saya katakan kepada Anda : “Mengapa Anda menyakiti diri dengan memukul-mukul badan, berteriak dan menangisi al Husain?”
Jika Anda mengatakan bahwa Anda tidak beriman kepada takdir, selesailah urusan ini dengan pembangkangan Anda terhadap takdir dan ketidak ridhoan Anda terhadap hikmah Allah Ta’ala
Pertanyaan kedua :
Termasuk dalam keyakinan Anda adalah apa yang Anda dan seluruh Syiah lakukan pada hari Asyura’.
Jika Anda mengatakan Allah dan rasul-Nya memerintahkan itu, maka dimanakah dalilnya?
Jika Anda mengatakan tidak ada seorang pun yang menyuruhnya, maka saya katakan ini adalah perkara bid’ah
Jika Anda mengatakan bahwa Ahlul Bait menyuruhmu untuk melakukan itu, maka saya akan meminta darimu siapa dari mereka yang pernah melakukannya?
Jika Anda mengatakan : Saya hanya mengungkapkan kecintaan saya kepada Ahlul Bait, maka saya katakan kepadamu : Kalau memang seperti itu, maka “Ashabul ‘Imamah” (orang-orang yang memakai sorban, ulama-ulama Syiah) justru membenci Ahlul Bait karena kami tidak melihat mereka ikut serta memukul-mukul diri mereka.
Demikian juga Ahlul Bait saling membenci diantara mereka, karena tidak ada seorang pun yang memukul, menampar atau menyakiti diri untuk memperingati kematian yang lainnya.
Pertanyaan ketiga :
Apakah keluarnya al Husain ke Karbala dan terbunuhnya beliau merupakan kemuliaan untuk Islam dan kaum muslimin atau sebaliknya, kehinaan untuk Islam dan kaum muslimin?
Jika Anda mengatakan kemuliaan untuk Islam dan kaum muslimin, saya katakan, mengapa kalian menangisi hari yang merupakan kemuliaan Islam dan kaum muslimin? Apakah kemenangan Islam itu telah menyakiti Anda?
Jika Anda mengatakan itu merupakan kehinaan untuk Islam dan kaum muslimin, saya katakan : Apakah kita akan menyebut al Husain sebagai orang yang menghinakan Islam dan kaum muslimin?
Karena al Husain dalam keyakinan Anda mengetahui yang ghaib, yang dengannya tentu saja ia telah mengetahui bahwa ia akan menghinakan Islam dan kaum muslimin…
Pertanyaan keempat :
Manfaat apa yang didapatkan al Husain dari keluarnya dia ke Karbala dan terbunuh disana?
Jika Anda mengatakan dia keluar untuk melawan kezaliman, maka saya katakan : Mengapa ayahnya, Ali bin Abi Thalib tidak keluar untuk melawan orang-orang yang telah menzaliminya?
Apakah al Husain lebih mengetahui daripada ayahnya? Ataukah ayahnya tidak pernah mengalami kezaliman itu? Ataukah Ali bukanlah seorang yang pemberani untuk melawan kezaliman?
Mengapa pula saudaranya, al Hasan tidak keluar memerangi Mu’awiyah? Bahkan ia berdamai dengannya dan menyerahkan kepemimpinan negeri dan kaum muslimin kepadanya. Siapakah diantara ketiga orang ini yang benar? (radhiyallahu ‘anhum)
Pertanyaan kelima :
Siapakah yang membunuh al Husain?
Jika Anda mengatakan : Yazid bin Mu’awiyah, saya akan menuntutmu dengan sebuah dalil yang shahih dari ktab-kitabmu (dan Anda tidak perlu susah payah mencari, karena tidak ada dalil yang shahih dalam kitab-kitabmu yang menyebutkan bahwa Yazid membunuh atau menyuruh membunuh al Husain)
Jika Anda mengatakan bahwa yang membunuhnya adalah Syamr bin Dzil Jausyan, maka saya katakan padamu :”Mengapa Anda melaknat Yazid?”
Jika Anda mengatakan al Husain terbunuh di masa pemerintahan Yazid, maka saya katakan bahwa Imam Anda yang ghaib (yang bersembunyi di gua) bertanggung jawab terhadap setiap darah muslim yang tumpah. Di masanya, Iraq, Palestina, dan Afghanistan terjajah dan Syiah pun diserang, sementara dia berlepas diri dan tidak berbuat sesuatu…
(Dalam keyakinan Syiah, Imam yang ghaib itulah penguasa yang hakiki di alam semesta ini)
Pertanyaan keenam :
Manakah yang lebih berat bagi Islam dan kaum muslimin, kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau terbunuhnya al Husain?
Jika Anda mengatakan kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya tanyakan : Mengapa kami tidak melihat kalian menampar dan memukul-mukul tubuh untuk beliau?
Jika kalian mengatakan terbunuhnya al Husain lebih berat dan buruk, maka akan jelaslah bagi manusia bahwa Nabi yang mulia tidak memiliki kedudukan berarti dalam pandangan kalian, dan kalian lebih mengutamakan al Husain daripada beliau.
Pertanyaan ketujuh :
Al Husain radhiyallahu ‘anhu dalam keyakinan Syiah mengetahui yang ghaib. Apakah dia keluar bersama keluarganya untuk bunuh diri?
Jika Anda mengatakan “Iya”, Anda telah menuduhnya bunuh diri dan membunuh anak-anaknya.
Jika Anda mengatakan “Tidak”, maka Anda telah menggugurkan kema’shuman dan keimamahannya.
Sumber: catatan Taufiq Abu Iyas
Sumber: http://wahdahmakassar.org/syiah-tidak-mampu-menjawab/#ixzz2FBAuiDVZ
Baca Selengkapnya »»  

Minggu, 09 Desember 2012

Ulama Suriah : Seluruh Syiah sesat, Imam Zaid seorang Ahlus Sunnah


Permasalahan kesesatan Syiah menjadi sorotan sama, baik di  Suriah maupun di tanah air, khususnya pada kasus Sampang-Madura. Syaikh Mahir Al Munajib, ulama dari Suriah, memberikan penjelasan mengenai kesesatan Syiah. Ungkapan yang menyebutkan tidak semua Syiah sesat karena ada aliran bernama Zaidiyah, diluruskannya secara gamblang.
Menurut ia, kata Syiah Zaidiyah berasal dari nama Zaid Bin Ali Bin Husein Bin Ali Bin Abu Thalib. Zaid cicit dari Ali Bin Abu Thalib Ra.
Pada faktanya Zaid bukanlah seorang Syiah. Ia penganut Ahlussunnah yang baik. Pada masa kekhalifahan Umawiyyah, tepatnya saat umat Islam dipimpin Khalifah Nisab Ibnu Abdul Malik,  terjadi pemberontakan terhadap Khalifah. Hal ini karena kondisi ketidakadilan pada masa itu.
"Saat itu tidak ada fikroh-fikroh dalam Syiah. Syiah itu hanya satu, yaitu Syiah saja. Syiah yang mengagungkan Ali Bin Abu Thalib ra dan melaknat dan mengkafirkan para sahabat lainnya. Kaum ini cukup banyak, salah satunya di Irak," jelas Shaikh Mahir dalam kajian Islam di Masjid Muhammad Ramadhan, Bekasi Selatan, Ahad (2/9) dikutip hidayatullah.com.
Merasa ia keturunan Ali Bin Abu Thalib ra, Zaid lantas pergi ke Irak untuk mencari dukungan dari kalangan Syiah di sana. Setelah melakukan lobi di Iraq, kalangan Syiah pun setuju untuk membantu Zaid. Adapun kesepakatan kerjasama itu adalah Zaid harus melaknat Abu Bakar As Shidiq ra dan Umar Bin Khatab Ra. Mendengar permintaan itu Zaid sebagai seorang ahlussunnah menolak melakukannya.
Dari situlah muncul kata Rafidhoh, dari kata Rafado (menolak), karena Syiah saat itu menolak membantu Zaid. Di sisi lain ulama-ulama Syiah menjadikan Zaid sebagai tokoh Syiah Zaidiyah, walaupun ia seorang Ahlussunnah.
Pada kenyataannya Syiah Zaidiyah  hanya ungkapan yang dibuat oleh kalangan Syiah. Gagasan Zaidiyah merupakan manuver politik Syiah untuk mengelabui Ahlussunnah.
Gambaran Zaidiyah sebagai kelompok yang masih sama dengan Ahlussunah, justru sangat menguntungkan pola taqiyah (berbohong) dari kalangan Syiah Rafidhoh. Kebanyakan Syiah Rafidhoh dan golongan Syiah lainnya akan mengaku Zaidiyah ketika posisi mereka lemah. Ketika mereka kuat, maka mereka akan menampakkan wujud aslinya dalam menghina sahabat, bahkan membantai Ahlussunnah wal jamaah.
"Tidak ada Syiah yang tidak menghina sahabat. Tidak ada Syiah yang tidak memiliki misi untuk menghancurkan Ahlussunnah. Semua Syiah adalah satu, (mereka semua) adalah sama, apapun perbedaan nama di antara mereka," tegas Shaikh Mahir .
Shaikh Mahir juga menambahkan, kelompok Syiah memang selalu membuat masalah dan kekisruhan dalam sejarah Islam. Hal-hal seperti di Suriah hingga di belahan bumi manapun mengenai pengkhianatan Syiah, sudah dimulai lama, bahkan dari zaman Umawiyah, Abbasiyah hingga zaman Ustmaniah.
"Mereka pernah menjual umat Islam kepada bangsa Mongol dan Romawi. Pada era modern mereka menjualnya kepada Zionis-Yahudi hingga hancurnya kekhalifahan Turki Utsmaniyah," katanya. 

*Sumber : http://arrahmah.com/read/2012/09/04/22924-ulama-suriah-seluruh-syiah-sesat-imam-zaid-seorang-ahlus-sunnah.html
Baca Selengkapnya »»  

MUI Pusat akui pernah keluarkan himbauan mewaspadai Syiah


Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengaku belum mengeluarkan pernyataan apa pun terhadap aliran tersebut. "Kami belum mengeluarkan fatwa apa-apa," kata Ketua MUI Pusat Amidhan seperti dilansir Tempo, Senin, 27 Agustus 2012.
Namun menurut dia, MUI sempat mengeluarkan pernyataan tentang aliran Syiah pada awal 1980-an lalu. Saat itu, diktum dari MUI berisikan bahwa masyarakat mewaspadai aliran Islam tersebut. "Intinya mewaspadai, karena antara Syiah dan Sunni ada perbedaan yang cukup tajam," ujar Amidhan.
Ia menjelaskan, munculnya diktum MUI tersebut disebabkan aliran Syiah saat itu sudah merambah ke remaja dan pemuda di Malaysia. "Kemudian secara perlahan masuk ke Indonesia, sehingga waktu itu diminta untuk diwaspadai," ucapnya.
Permintaan waspada dari MUI saat itu dilatarbelakangi oleh pendapat para ulama yang mengatakan bahwa aliran Syiah merupakan aliran di luar Islam. "Tapi fakta menunjukkan bahwa mereka (Syiah) mempunyai kekuatan yang cukup besar di Iran, Irak, dan negara Timur Tengah lainnya," kata Amidhan.
Sementara saat ini, Amidhan melanjutkan, perkembangan aliran Syiah di Indonesia sudah sangat luar biasa. "Itu yang mungkin meresahkan (masyarakat), terutama di Madura," ujar dia.
Kekerasan terhadap komunitas Syiah kembali terjadi. Sekitar 200 warga anti-Syiah menyerbu permukiman milik komunitas Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Ahad pagi, 26 Agustus 2012. Mereka melempari rumah warga dengan batu.
Aksi tersebut dibalas pemuda Syiah sehingga bentrokan pun tak terhindarkan. Setidaknya dua penganut Syiah tewas akibat sabetan celurit. Sekitar 10 rumah juga terbakar. "Kerugian lain belum tahu karena kami masih bersembunyi," kata sumber berinisial HI, yang enggan menyebut nama lengkapnya.
Baca Selengkapnya »»  

MUI Jatim Kukuh Takkan Cabut Fatwa Syiah Sesat

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menegaskan tidak akan mencabut fatwa MUI Jatim bernomor Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiah. Pasalnya, fatwa itu memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait ajaran Syiah. 

"Fatwa dikeluarkan melalui beberapa kajian. Bukan dalam waktu singkat. Presiden saja tidak bisa mencabut fatwa itu," kata Sekretaris MUI Jatim M Yunus kepada Okezone, Kamis (6/9/2012). 

Menurut Yunus, mengeluarkan fatwa itu, MUI Jatim melakukan kajian sejak 2004 lalu, sebelum terjadinya konflik di Sampang. Bahkan, MUI Jatim juga melakukan kajian terhadap kitab-kitab yang digunakan rujukkan oleh warga Syiah di antarnya Kitab Bihanul Amar, Furu'ul Kahfi dan sejumlah kitab lainnya. Sekira 20 kitab yang menjadi rujukan MUI Jatim. 

Yunus membantah bahwa munculnya Fatwa MUI Jatim tersebut merupakan pemicu tindakkan kekerasan di Sampang. Sebab kekerasan di wilayah tersebut sudah ada sejak Tahun 2003 berlanjut pada tahun 2006, tahun 2009 hingga tahun 2011 dan berlanjut pada tahun 2012 ini. 

Atas kajian tersebut, MUI melakukan kajian dan juga permintaan dari sejumlah daerah. Sementara fatwa tersebut keluar pada tanggal 21 Januari 2012 lalu. 

Ia juga mengatakan, fatwa MUI Jatim ini sebenarnya adalah untuk memperkuat Fatwa MUI Pusat yang dikeluarkan pada tahun 1984 lalu. Dalam fatwa itu, MUI menegaskan agar masyarakat mewaspadai aliran Syiah. 

"Namun bagi kalangan Syiah, fatwa tersebut dipolitisir dengan mengatakan bahwa Syiah tidak sesat berdasarkan fatwa tersebut. Makanya, Fatwa MUI Jatim itu mempertegas Fatwa MUI Pusat dengan melalui sejumlah kajian bersama ormas-ormas Islam lainnya," paparnya. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Aliansi Kebhinekaan dan Anti-Kekerasan Malang menuntut Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mencabut fatwa Syiah sesat. Aliansi berpendapat jika fatwa tersebut memicu kebencian umat terhadap kelompok dan faham tertentu.

Koordinator aliansi, Reymond Kamil, mengatakan fatwa MUI Jatim tersebut justru memicu kekerasan. Pernyataan itu disampaikan dalam diskusi di padepokan Komunitas Kalimetro, Kota Malang pada Rabu kemarin.


*Sumber : http://surabaya.okezone.com/read/2012/09/06/519/685877/mui-jatim-kukuh-takkan-cabut-fatwa-syiah-sesat
Baca Selengkapnya »»  

MUI Jatim: Kalau Syiah Masih Ada, Tetap Ada Konflik!

Ketua Majelis Ulama Indonesia perwakilan Provinsi Jawa Timur (MUI Jatim) KH Abdusshomad Buchori mengungkapkan, jika muslim Syiah tetap ada maka konflik antara Syiah dan Sunni tidak dapat dihindarkan. Hal tersebut mengacu pada persepsi negatif sebagian masyarakat Sampang terhadap komunitas Syiah

"Saya yakin kalau Syiah masih tetap ada, maka akan terus terjadi konflik. Sebelum ada Tajul Muluk (pimpinan komunitas Syiah di Sampang), Sampang aman kok," ujar Buchori di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin (3/9/2012).

Buchori mengklaim, komunitas Syiah telah mengganggu ketentraman warga Sampang lantaran memiliki pandangan berbeda dengan Islam Sunni. Perbedaan pokok tersebut, lanjutnya, mengacu pada rukun Iman dalam Syiah yang disebarkan Tajul pada masyarakat Sampang berbeda dengan yang dipelajari dan diyakini muslim Sunni.

Hal itu pulalah yang diakuinya menjadi latar belakang fatwa MUI Jawa Timur terhadap komunitas Syiah. "Dalam aturan MUI Pusat aja 10 kritetia dalam mendakwa aliran agama sesat. Jika 1 sudah terpenuhi dalam 10 kriteria tersebut maka aliran kepercayaan itu sudah sesat," katanya.

Dirinya menggarisbawahi, rukun iman dalam Islam Sunni ada enam sedangkan islam Syiah hanya memiliki lima. Selain itu, dirinya mengakui jika rukun Islam antara Syiah dan Sunni turut berbeda.
Di lain tempat, Ketua MUI Bidang Kerukunan Antar Umat Bergama Slamet Effendy Jusuf, berdalih fatwa MUI lebih ditujukan untuk menjaga sikap masyarakat. Menurut Effendy, penyikapan tersebut harus dihindarkan dari perbuatan yang bersifat kekerasan.

"Fatwa yang kemudian disertai dengan kekerasan tidak dibenarkan oleh MUI. Aapapun alasannya, kekerasan atas sesama manusia tidak dapat ditolerir," tegas Effendy.



Sumber : Koran Harian Kompas
Baca Selengkapnya »»